Bukan hanya alat kelamin atau postur tubuh yang membedakan antara waanita daan pria, tapi juga proses penurunan berat badan. Penelitian terbaru menunjukkan berat badan pada pria cenderung turun lebih cepat dibanding wanita.
Studi yang dipublikasikan dalam diabetes, obesity, and metabolism journal menyatakan bahwa dengan pola diet dan dalam waaktu yang sama, pria mampu menurunkan berat badannya lebih banyak dari wanita.
Penelitian itu melibatkan peneliti dari sejumlah negara Eropa, diantaranya Margriet Weterpetrp. Studi ini adalah studi multinasional tentang pencegahan diabetes tipe-2 terbesar hingga saat ini. Penelitian dilandasi hipotesis bahwa diet rendah energi atau low-energy diet akan menginduksi hasil metabolik yang berbeda pada pria dan wanita.
Dalam penelitian, semua responden mengkonsumsi LED selama delapan minggu. Peserta direkrut dari delapan kota di Eropa, Australia, dan Selandia Baru. Mereka yang memenuhi syarat mengikuti penelitian adalah orang dengan kelebihan berat badan dengan gejala pra-diabetes. Secara total, 2.224 orang mengikuti penelitian.
Setelah mengkonsumsi LED, peserta penelitian dicek perubahannya dalam resistensi insulin, massa lemak atau fat mass (FM), massa bebas lemak aatau fat-free mass (FFM) dan strok Z sindrom metabolik. Hasilnya, setelah konsumsi LED, penurunan berat badan 16% terjadi lebih besarpada pria (11,8%) dibanding wanita (10,3%).
Kendati pria memiliki keuntungan dalam hal ini, tetapi pria cenderung lebih mudah terkena penyakit. Dari studi yang dilakokan dari PNAS, ternyata ada kaitannya antara kadar testoteron dengan imunitas pria.
Pria dengan kadar testostreon rendah cenderung memiliki sistem imunitas yang baik dan mampu melawan radikal bebas. Sementara, pria yang memiliki kadar hormon testosteron tinggi justru sistem imunitasnya lebih rendah. Sistem imunitas bisa rendah karena testosteron membekarnya.
Artinya mengapa pria lebih mudah sakit, karena testosteron pria lebih tinggi. Akibatnya, pria menjadi mdah drop atau paling tidak ada sakit sebulan sekali.