Dataran Tinggi Dieng di Jawa Tengah sedang dilanda suhu dingin ekstrem mencapai minus 7 derajat Celcius per Selasa 25 Juni 2019. Fenomena yang sama juga melanda Gunung Lawu, dengan suhu dingin mencapai minus 3 derajat Celcius.
Fenomena suhu dingin ekstrem memang bisa saja terjadi di pegunungan. Namun fenomena di Dieng dan Lawu bisa terjadi karena anomali cuaca dan tak menutup kemungkinan akibat pemanasan global yang membawa perubahan iklim, begitu yang dikatakan oleh Fajri al luthfi, pendaki dari Wanadri.
"Biasanya hawa dingin di pegunungan vulkanik seperti Dieng dan Lawu itu mulai pukul 02.00 sampai 05.00. Kalau sampai di siang hari bahkan sampai minus 7 tentu saja ada anomali cuaca yang terjadi, karena tidak biasanya. Apalagi bulan ini masuk musim panas di sana," kata Fajri yang masuk juga tergabung dalam Tim Ekspedisi Tujuh Puncak Dunia.
Fajri masih ingat mengalami penurunan suhu yang ekstrem saat mendaki Gunung Cartenz pada 2009. Ketika itu hujan turun tiba-tiba di siang hari padahal sebelumnya matahari bersinar terik.
Di tahun yang sama ia merasakan perubahan suhu serupa di Gunung Elbrus, Rusia, dan Gunung Aconcagua, Argentina. Namun kali ini bukan hujan, melainkan badai salju. Dua tahun berikutnya ia juga mengalami badai salju mendadak di tengah hari bolong saat mendaki Gunung Denali, Alaska. Walau sudah ada perkiraan cuaca yang terbit, namun alam memang tidak bisa ditebak, begitu kata Fajri.
"Pegunungan tropis di Indonesia juga bisa mengalaminya. Meski musim panas, bisa saja hujan dan hawa dingin terjadi di jam-jam setelah matahari bersinar atau turun. Misalnya setelah makan siang turun kabut yang berlanjut hujan, lalu menjelang Subuh mulai datang hawa dingin," ujarnya.
Perubahan cuaca memang tak bisa ditebak, tapi bisa diantisipasi. Fajri mengaku mengenakan pakaian berlapis bisa menjadi penangkal hujan atau hawa dingin yang mendadak datang.
Fajri mengingatkan agar pendaki tetap membawa jas hujan di dalam tas meski perkiraan cuaca berkata matahari akan bersinar terik.
"Saya biasanya tetap mendaki walau hujan turun atau hawa dingin terasa. Saya berusaha memperbanyak gerak agar badan tidak kedinginan yang berujung hipotermia. Kalau kebanyakan duduk malah dingin menurut saya," kata Fajri.
"Tapi ingat, segera ganti baju yang kering saat tiba di tempat istirahat. Baju basah jangan digunakan tidur, itu yang mengundang hipotermia," lanjutnya.
Salah satu kondisi dingin yang membuat Fajri menunda langkah pendakiannya ialah suhu dingin Gunung Everest, yang sempat didakinya pada 2012.
Saat itu ia sudah berada di Kamp 4 menuju puncak, namun mendadak datang badai salju. Setelah berdiskusi dengan timnya, ia memutuskan untuk kembali ke kamp demi keselamatan.
"Penting juga mengenal kemampuan dan ketahanan tubuh sebelum mendaki gunung, sehingga tidak membahayakan diri sendiri," ujarnya.
Fenomena suhu dingin ekstrem di Dieng dan Lawu yang menjadi pertanyaan besar di kalangan ilmuwan dan pendaki sebenarnya malah menarik minat turis yang ingin berfoto layaknya di negeri salju.
Berbagai unggahan foto dan video mengenai kebekuan di dua destinasi pendakian itu seakan menambah rasa penasaran netizen.
Fajri memahami bahwa fenomena alam yang unik memang sah-sah saja dinikmati, tapi ia mengingatkan agar turis yang datang, terutama yang bukan pendaki profesional, agar memperhatikan aturan resmi.
"Medan pendakian di Dieng dan Lawu terbilang landai, tapi kalau muncul larangan biasanya karena medannya memang sedang berbahaya, jadi para turis yang ingin datang sebaiknya mematuhi anjuran berkunjung dari dinas resmi. Siapkan pakaian berlapis untuk menahan hawa dingin di sana," pungkasnya.
17
Jul/2019