Indonesia memang memiliki berbagai tempat yang menarik untuk dikunjungi, seperti di kawasan Indramayu yang memiliki luwas wilayah sekitar 147 kilometer. Terbentang dari perbatasan Kabupaten Cirebion sampai Kabupaten Subang.
Menurut Bidang Perikanan dan Kelautan Kabupaten Indramayu, Edi Umaedi, pengikisan pantai atau biasa disebut abrasi di Indramayu telah mencapai 42,6 kilometer. Akibatnya banyak daerah yang terkena dampak dari abrasi tersebut yang mengakibatkan ratusan orang berpindah tempat tinggal. Seperti yang dikutip dari Antara pada Senin, 30 September 2019 "Ini berdasarkan data tahun 2017".
Kondisi tersebut dikarenakan tidak adanya perlindungan secara alami seperti contoh melindungi pantai dengan tanaman mangrove. Tanaman tersebut memang terbukti digunakan untuk menghindari pengikisan pantai atau digunakan untuk menahan tanah agar tidak terkikis oleh ombak laut, dan memecah ombak.
Pada tahun 80-an sampai 90-an di sekitar kawasan hutan mangrove Karangsong terdapat banyak warga yang membudidayakan udang, hasil yang didapatkan sangat melimpah. Karena hasil yang melimpah tersebut, hutan mangrove yang memiliki fungsi untuk menghalau ombak agar tidak terjadi abrasi, itu lama kelamaan berubah menjadi tambak udang dan tanaman mangrove dibersihkan. Seiring waktu berjalan dan warga masih membudidayakan udang pantai mulai mengalami abrasi dan pada tahun 90-an, warga mulai merasakannya. Akibatnya lahan budidaya udang yang mereka miliki berubah menjadi kolam lumpur.
Keuntungan yang mereka rasakan berubah menjadi kerugian yang akirnya menghilangkan mata pencaharian mereka. Dengan kondisi pantai yang seperti itu, membuat warga tergerak untuk menanam mangrove kembali di lokasi tersebut.
Beberapa kawasan sudah ditanami tanaman mangrove, hal ini dilakukan untuk menghindari abrasi pada pantai atau pesisir laut. Pantai yang terkena abrasi yaitu pantai Karangsong, Junti, Eretan dan beberapa daerah lainnya.
Sejak tahun 2008 tanaman mangrove mulai di tanam kembali di pesisir pantai Karangsong. Bermaksud untuk melindungi tambak udang yang masih tersisa. Hutan mangrove Karangsong selain untuk menahan abrasi juga digunakan untuk tempat wisata edukasi bagi semuanya, baik untuk penelitian, mahasiswa, dan masyarakat umum.
Pada tahun 2015, kawasan mangrove Karangsong sudah menjadi primadona untuk berwisata. Tepatnya di desa Karangsong, Kabupaten Indramayu Anda bisa mengunjungi tempat tersebut sekalian untuk belajar menanam tanaman mangrove. Pemerintah Indramayu juga memasukkan kurikulum alam berbasis mangrove dengan tujuan pelestarian tanaman mangrove agar terhindar dari erosi laut dan menciptakan perlindungan alam untuk menyelamatkan pengikisan pantai.