Anda pasti sering kesemutan saat duduk dalam waktu lama kemudian berpindah posisi dan berdiri. Padahal, sebelumnya Anda tidak merasakan apa pun. Mengapa itu bisa terjadi?
Jan-Joost Verhoef/Flickr.com
Biasanya, orang terburu-buru beranjak dari duduk, berdiri untuk melangkahkan kaki tanpa meregangkan tubuh terlebih dahulu. Inilah penyebab seseorang sering kesemutan dan sulit berjalan.
Dalam bahasa medis, kesemutan dikenal dengan istilah parestesia. Mengacu pada aliran darah yang terhenti dari pembuluh darah ke titik saraf tertentu di bagian kaki dan tangan. Kedua bagian tersebut terlalu lama tertekan.
Parestesia bisa dipicu dari berbagai tindakan. Mulai duduk bersila, memangku kepala, kepala di atas lengan sewaktu tidur atau bahkan akibat pemakaian sepatu yang terlalu sempit.
Apabila bersifat sementara, kesemutan akan reda dengan sendirinya asalkan kita dapat membebaskan area kesemutan dari tekanan. Caranya yaitu meluruskan kaki usai duduk bersila atau melepaskan tangan yang tertindih. Sehingga, aliran darah akan kembali lancar.
Selain tekanan, penyebab lain orang sering kesemutan adalah rasa haus berlebih alias dehidrasi. Serta hiperventilasi, yakni sebuah kondisi dimana kita bernapas terlalu cepat.
Dapat dikatakan kesemutan menjadi gejala manifestasi dari gangguan sistem saraf sendorik akibat rangsangan listrik di sistem tidak tersalurkan secara penuh. Kendati demikian, kesemutan tanpa disertai gejala lain umumnya menandakan gangguan pada reseptor kulit atau cabang-cabang saraf tepi.
Kebiasaan menekuk bagian tubuh bisa mendatangkan dampak negatif, yaitu rusaknya saraf. Bila sudah demikian, maka tubuh akan mengalami kelumpuhan di telapak tangan dan kaki atau sering disebut drop foots. Walau berada pada posisi normal, kedua bagian itu senantiasa kesemutan.
Kekurangan vitamin neurotropik seperti vitamin B1, B6 dan B12 juga dapat memicu parestesia. Dan semakin lama parestesia tak kunjung hilang, Anda patut waspada akan adanya indikasi penyakit lain. Misalnya diabetes, sindrom saraf (lumpuh pada bagian saraf ulnaris, peroneal dan radial), penyakit kerusakan organ (hati, ginjal, pembuluh darah) serta anemia.
Menurut Manfaluthy Hakim, dokter Sp.S (K) di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta, sebaiknya kita jangan membuat tubuh berada pada posisi tertekuk dalam waktu lama agar tidak merasakan kesemutan. “Misalnya duduk bersila, tangan menyilang atau menindih tangan di bawah kepala ketika kita tidur. Sebaiknya, setiap 10 menit sekali, kita melakukan pergantian posisi. Menjaga kelenturan tubuh lewat olahraga juga penting,” ujar Manfaluthy.