Perasaan takut pada hewan buas atau menyeramkan adalah normal. Kekhawatiran menjadi asumsi dasar kenapa Anda kemudian takut karena bahaya yang mereka timbulkan. Tapi, beberapa orang tidak mengalami kondisi itu, dengan satu alasan, asumsi tersebut tidak terbentuk dan pengalaman mereka juga yang menguatkan kepercayaan pada hewan menyeramkan tersebut.
Photo by Judeus Samson on Unsplash
Mengubah asumsi dalam pikiran bukan hal mudah. Anda mesti memastikan semuanya baik dan otak kemudian akan merespon positif apa yang Anda pikirkan. Kalau kepercayaan sudah digenggaman, menaklukan hewan menyeramkan bukan lagi masalah dalam hidup Anda.
Beberapa ahli percaya kalau film Spider-Man dan Ant-Man bisa membantu Anda mengubah asumsi dalam otak terhadap hewan menyeramkan. Para ilmuwan percaya, karakter itu membuat otak mengolah fakta kalau laba-laba atau hewan liar lainnya tak menyeramkan.
Melansir laman New York Post, melihat mereka di layar selama tujuh detik, memangkas gejala fobia serangga dan arachnofobia, menurut penelitian baru. Fenomena ini dapat membantu seseorang dalam terapi mengatasi ketakutan karena menyasar perilaku kognitifnya.
Dipercaya, fobia ini berevolusi ketika nenek moyang awal kita hidup berdampingan dengan sejumlah serangga mematikan di Afrika. Seleksi alam cenderung menguntungkan mereka yang menjauh dari makhluk yang berpotensi mematikan tersebut.
Sekarang sebuah penelitian telah menemukan kutipan film pendek yang menunjukkan, pahlawan super meringankan kondisi umum dan menegangkan. Klip dari "Spider-Man" lebih efektif dalam menyembuhkan arachnofobia daripada rekaman dari hal yang nyata. Ini mengurangi rasa takut pada laba-laba sebesar 20 persen.
Konsep mengobati fobia dengan mengekspos penderita pada rangsangan yang sama yang memicu penyembuhan ternyata sudah tak begitu berdampak pada pasien. Teknik lama pun tak pernah menggunakan cara ini tapi ternyata kini berhasil!
Dalam studi tersebut, 424 peserta dengan fobia yang relevan dibagi menjadi dua kelompok, dengan satu kelompok menggunakan teknik menonton adegan-adegan dari film Spider-Man dan Ant-Man. Sementara kelompok lain melihat rekaman alami semut dan laba-laba yang sebenarnya.
Profesor Menachem Ben-Ezra dari Universitas Ariel di Israel, mengatakan, pengurangan gejala fobia signifikan terjadi pada kelompok Spider-Man dan Ant-Man dibandingkan dengan kelompok kontrol alami.
"Memasukkan paparan adegan pendek dari Marvel Cinematic Universe dalam protokol terapi untuk fobia semacam itu mungkin sangat manjur dan meningkatkan kerja sama dan motivasi dengan menjadikan terapi sebagai kurang stigmatik," katanya.
Terapi pemaparan untuk fobia spesifik, misalnya, semut dan laba-laba, memanfaatkan paparan netral terhadap stimulus fobia untuk menangkal ketakutan irasional. Ketika seseorang semakin terpapar pada rangsangan fobia, dia tidak lagi takut.
"Memutar cuplikan adegan laba-laba tujuh detik dari Spiderman 2 dapat menurunkan gejala phobia (arachnofobia) laba-laba pasca-tontonan partisipan skor relatif terhadap skor pra-tontonan mereka sebesar 20 persen," tambahnya.
Namun, teknik ini ternyata tidak begitu berpengaruh pada mereka yang mengalami fobia serangga pada umumnya. Sebab, dalam penelitian yang dilakukan, film superhero itu tidak memberi pengurangan gejala yang signifikan.
Lebih lanjut, Prof Ben-Ezra mengatakan hasil menunjukkan film yang menyenangkan mungkin menjadi alat yang sangat ampuh melawan fobia. Intervensi semacam itu juga dapat menjadi “destigmatisasi terapi” dan mendorong penyelesaian terapi secara berkala. Mereka pun berencana untuk menggunakan genre superhero untuk mengeksplorasi efek pada pasien yang menderita gangguan stres pasca-trauma (PTSD). *** (SS)