Di tengah kerusuhan dan kasus rasial yang melanda Papua beberapa hari terakhir, cokelat Ransiki hadir membawa pesan persaudaraan.
Ransiki merupakan cokelat yang berasal dari buffer zone atau zona penyangga di tengah Pegunungan Arfak, Papua Barat, habitat bagi flora dan fauna endemik, termasuk burung cendrawasih Vogelkop Superb yang baru ditemukan tahun lalu. Cokelat ini dipetik langsung dari perkebunan seluas 1.600 hektare yang dikelola oleh Koperasi Petani Cokran Eiber Suth di Distrik Ransiki, Manokwari Selatan.
Cokelat ini lalu difermentasi dan diolah menjadi berbagai produk makanan oleh perusahaan cokelat lokal, Pipiltin Cocoa. Cokelat batangan atau single originRansiki diolah dengan kandungan 72 persen dan ditambah dengan gula.
"Cokelat dari Koperasi Eiber Suth ini mengingatkan kita untuk membangun persatuan. Sengaja kami tulis 'Ransiki' lebih besar karena ini panggungnya Ransiki. Ada pesan persaudaraan yang bisa kita jalin dari keberlangsungan produk ini," kata pendiri Cocoa Pipiltin Irvan Helmi saat meluncurkan Ransiki 72 persen di Grand Indonesia, Jakarta, Kamis (22/8).
Irvan menjelaskan, cokelat Ransiki dapat meningkatkan kesejahteraan petani dan masyarakat Papua, khususnya Manokwari Selatan yang mayoritas bermata pencaharian sebagai petani cokelat. Sebanyak 10 persen keuntungan penjualan cokelat Ransiki bakal diberikan untuk Koperasi Eiber Suth.
Cokelat Ransiki dari Papua Barat menambah koleksi deretan cokelat Pipiltin yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia, seperti Aceh, Jawa Timur, Bali, Flores, dan Kalimantan.
Berbeda dengan cokelat yang berasal dari daerah lain di Indonesia, cokelat Ransiki dari Papua Barat ini memiliki cita rasa yang khas.
Jika cokelat dari Aceh memiliki rasa nutty atau seperti kacang dan cokelat dari Bali memiliki rasa buah atau fruitty, cokelat Ransiki lebih creamy seperti memiliki rasa susu, meski tanpa ditambahkan susu. Cokelat Ransiki 72 persen tidak ditambah dengan susu seperti cokelat lainnya. Meski kandungan cokelat sangat tinggi atau mencapai 72 persen, cokelat Ransiki tak begitu pahit karena ditunjang rasa creamyseperti susu tersebut.
"Ada rasa umami atau terasa di semua reseptor lidah, ini juga jadi perbedaan yang khas dari Ransiki," kata pendiri Pipiltin Cocoa lainnya, Tissa Aunilla.
Wakil Gubernur Papua Barat Mohamad Lakotani menjelaskan, banyak masyarakat Papua yang terlibat dalam perkebunan kakao ini. Namun, selama ini mereka tak pernah tahu hasil dari perkebunannya.
"Lewat cokelat Ransiki ini, mereka jadi tahu hasil kerja mereka. Ini kebanggaan yang luar bisa," kata Lakotani dalam kesempatan yang sama
30
Aug/2019