Saat mengingat seorang kenalan atau tempat yang pernah dikunjungi, gambaran akan orang atau tempat tersebut secara otomatis akan langsung muncul. Itulah yang dinamakan kemampuan imajinasi.
Photo by Chinmay Singh from Pexels
Lantas bagaimana apabila kemampuan imajinasi Anda hilang begitu saja? Bukan karena lupa atau tidak ingat, pada dasarnya kondisi ini benar-benar ada, yaitu aphantasia.
Seperti dilansir dari Hello Sehat, aphantasia merupakan kondisi dimana seseorang kehilangan kemampuan imajinasi atau gambaran visual di dalam pikirannya.
Oleh karena itu, mereka yang menderita aphantasia kerap disebut tidak memiliki ‘mata pikiran’ karena tidak bisa menciptakan visual (bayangan) pada pikiran mereka.
Kondisi tersebut bukanlah sebuah kecacatan fisik atau gejala penyakit, namun kelainan pada neurologis (saraf). Aphantasia pertama kali ditemukan oleh seorang penjelajah dan antopolog bernama Sir Francis Galton, dimana dia melakukan eksperimen di Inggris dengan menganalisis sistem otak saat berimajinasi.
Dari hasil penelitiannya, Galton menemukan bahwa 2,5 % atau 1 dari 40 penduduk Inggris tidak bisa membayangkan situasi atau hal fiktif dalam pikirannya.
Penelitian tentang aphantasia kemudian berlanjut pada 2005, oleh ahli neurologi kognitif, Adam Zeman. Bermula ketika ada laporan mengenai pasien yang mengatakan bahwa dia kehilangan kemampuan berimajinasi atau menggambarkan sesuatu dalam pikirannya.
Setelah diteliti, pasien itu kehilangan imajinasinya setelah menjalani operasi jantung. Ternyata, terdapat 21 orang lainnya yang memiliki kondisi serupa.
Para penderita aphantasia kemudian menjalankan pemeriksaan lebih lanjut dan hasilnya menunjukkan adanya penurunan aktivitas pada bagian otak lobus parietal dan frontal. Bagian otak ini berhubungan dengan pemikiran abstrak manusia yang berperan ketika berimajinasi atau saat kita sedang melamun.
Meskipun tidak dapat berimajinasi, orang dengan aphantasia masih bisa bermimpi dengan visualisasi yang jelas. Menurut Zeman, hal ini dikarenakan bagian otak yang mengalami gangguan tadi memiliki kemampuan menampilkan rangkaian visual saat kita kehilangan kesadaran.
Sementara itu, jika Anda dalam kondisi sadar dan sedang beraktivitas, bagian otak tadi tidak mampu mewujudkan visualisasi. Karena kondisi ini jarang terjadi, para peniliti hingga kini masih mencari tahu penyebabnya. Apakah karena faktor genetik atau psikologis.